I
Me is what my think and i can if i think i can
Rabu, Juni 23, 2010
kesalahan-kesalahan
Meskipun banyak orang
tua yang mengetahui,
bahwa mendidik anak
merupakan tanggung
jawab yang besar, tetapi
masih banyak orang tua
yang lalai dan
menganggap remeh
masalah ini. Sehingga
mengabaikan masalah
pendidikan anak ini,
sedikitpun tidak menaruh
perhatian terhadap
perkembangan anak-
anaknya.
Baru kemudian, ketika
anak-anak berbuat
durhaka, melawan orang
tua, atau menyimpang dari
aturan agama dan
tatanan sosial, banyak
orang tua mulai
kebakaran jenggot atau
justru menyalahkan
anaknya. Tragisnya,
banyak yang tidak sadar,
bahwa sebenarnya orang
tuanyalah yang menjadi
penyebab utama
munculnya sikap durhaka
itu.
Lalai atau salah dalam
mendidik anak itu
bermacam-macam
bentuknya ; yang tanpa
kita sadari memberi andil
munculnya sikap durhaka
kepada orang tua,
maupun kenakalan
remaja.
Berikut ini sepuluh bentuk
kesalahan yang sering
dilakukan oleh orang tua
dalam mendidik anak-
anaknya.
[1]. Menumbuhkan Rasa
Takut Dan Minder Pada
Anak
Kadang, ketika anak
menangis, kita menakut-
nakuti mereka agar
berhenti menangis. Kita
takuti mereka dengan
gambaran hantu, jin,
suara angin dan lain-lain.
Dampaknya, anak akan
tumbuh menjadi seorang
penakut : Takut pada
bayangannya sendiri,
takut pada sesuatu yang
sebenarnya tidak perlu
ditakuti. Misalnya takut ke
kamar mandi sendiri, takut
tidur sendiri karena
seringnya mendengar
cerita-cerita tentang
hantu, jin dan lain-lain.
Dan yang paling parah
tanpa disadari, kita telah
menanamkan rasa takut
kepada dirinya sendiri.
Atau misalnya, kita
khawatir ketika mereka
jatuh dan ada darah di
wajahnya, tangan atau
lututnya. Padahal
semestinya, kita bersikap
tenang dan menampakkan
senyuman menghadapi
ketakutan anak tersebut.
Bukannya justru
menakut-nakutinya,
menampar wajahnya,
atau memarahinya serta
membesar-besarkan
masalah. Akibatnya, anak-
anak semakin keras
tangisnya, dan akan
terbiasa menjadi takut
apabila melihat darah atau
merasa sakit.
[2]. Mendidiknya Menjadi
Sombong, Panjang Lidah,
Congkak Terhadap Orang
Lain. Dan Itu Dianggap
Sebagai Sikap Pemberani.
Kesalahan ini merupakan
kebalikan point pertama.
Yang benar ialah bersikap
tengah-tengah, tidak
berlebihan dan tidak
dikurang-kurangi. Berani
tidak harus dengan
bersikap sombong atau
congkak kepada orang
lain. Tetapi, sikap berani
yang selaras tempatnya
dan rasa takut apabila
memang sesuatu itu harus
ditakuti. Misalnya : takut
berbohong, karena ia
tahu, jika Allah tidak suka
kepada anak yang suka
berbohong, atau rasa
takut kepada binatang
buas yang
membahayakan. Kita didik
anak kita untuk berani
dan tidak takut dalam
mengamalkan kebenaran.
[3]. Membiasakan Anak-
Anak Hidup Berfoya-foya,
Bermewah-mewah Dan
Sombong.
Dengan kebiasaan ini,
sang anak bisa tumbuh
menjadi anak yang suka
kemewahan, suka
bersenang-senang. Hanya
mementingkan dirinya
sendiri, tidak peduli
terhadap keadaan orang
lain. Mendidik anak seperti
ini dapat merusak fitrah,
membunuh sikap
istiqomah dalam bersikap
zuhud di dunia,
membinasakah muru’ah
(harga diri) dan
kebenaran.
[4]. Selalu Memenuhi
Permintaan Anak
Sebagian orang tua ada
yang selalu memberi
setiap yang diinginkan
anaknya, tanpa
memikirkan baik dan
buruknya bagi anak.
Padahal, tidak setiap yang
diinginkan anaknya itu
bermanfaat atau sesuai
dengan usia dan
kebutuhannya. Misalnya si
anak minta tas baru yang
sedang trend, padahal
baru sebulan yang lalu
orang tua membelikannya
tas baru. Hal ini hanya
akan menghambur-
hamburkan uang. Kalau
anak terbiasa terpenuhi
segala permintaanya,
maka mereka akan
tumbuh menjadi anak
yang tidak peduli pada
nilai uang dan beratnya
mencari nafkah. Serta
mereka akan menjadi
orang yang tidak bisa
membelanjakan uangnya
dengan baik.
[5]. Selalu Memenuhi
Permintaan Anak, Ketika
Menangis, Terutama Anak
Yang Masih Kecil.
Sering terjadi, anak kita
yang masih kecil minta
sesuatu. Jika kita
menolaknya karena suatu
alasan, ia akan memaksa
atau mengeluarkan
senjatanya, yaitu
menangis. Akhirnya, orang
tua akan segera
memenuhi permintaannya
karena kasihan atau agar
anak segera berhenti
menangis. Hal ini dapat
menyebabkan sang anak
menjadi lemah, cengeng
dan tidak punya jati diri.
[6]. Terlalu Keras Dan
Kaku Dalam Menghadapi
Mereka, Melebihi Batas
Kewajaran
Misalnya dengan memukul
mereka hingga memar,
memarahinya dengan
bentakan dan cacian,
ataupun dengan cara-
cara keras lainnya. Ini
kadang terjadi ketika
sang anak sengaja
berbuat salah. Padahal ia
(mungkin) baru sekali
melakukannya.
[7]. Terlalu Pelit Pada
Anak-Anak, Melebihi Batas
Kewajaran
Ada juga orang tua yang
terlalu pelit kepada anak-
anaknya, hingga anak-
anaknya merasa kurang
terpenuhi kebutuhannya.
Pada akhirnya mendorong
anak-anak itu untuk
mencari uang sendiri
dengan bebagai cara.
Misalnya : dengan mencuri,
meminta-minta pada
orang lain, atau dengan
cara lain. Yang lebih parah
lagi, ada orang tua yang
tega menitipkan anaknya
ke panti asuhan untuk
mengurangi beban dirinya.
Bahkan, ada pula yang
tega menjual anaknya,
karena merasa tidak
mampu membiayai hidup.
Naa ’udzubillah mindzalik
(Foto)
[8]. Tidak Mengasihi Dan
Menyayangi Mereka,
Sehingga Membuat
Mereka Mencari Kasih
Sayang Diluar Rumah
Hingga Menemukan Yang
Dicarinya.
Fenomena demikian ini
banyak terjadi. Telah
menyebabkan anak-anak
terjerumus ke dalam
pergaulan bebas –
waiyadzubillah-. Seorang
anak perempuan misalnya,
karena tidak mendapat
perhatian dari
keluarganya ia mencari
perhatian dari laki-laki di
luar lingkungan
keluarganya. Dia merasa
senang mendapatkan
perhatian dari laki-laki itu,
karena sering memujinya,
merayu dan sebagainya.
Hingga ia rela
menyerahkan
kehormatannya demi
cinta semu.
[9]. Hanya Memperhatikan
Kebutuhan Jasmaninya
Saja.
Banyak orang tua yang
mengira, bahwa mereka
telah memberikan yang
terbaik untuk anak-
anaknya. Banyak orang
tua merasa telah
memberikan pendidikan
yang baik, makanan dan
minuman yang bergizi,
pakaian yang bagus dan
sekolah yang berkualitas.
Sementara itu, tidak ada
upaya untuk mendidik
anak-anaknya agar
beragama secara benar
serta berakhlak mulia.
Orang tua lupa, bahwa
anak tidak cukup hanya
diberi materi saja. Anak-
anak juga membutuhkan
perhatian dan kasih
sayang. Bila kasih sayang
tidak di dapatkan
dirumahnya, maka ia akan
mencarinya dari orang
lain.
[10]. Terlalu
Berprasangka Baik
Kepada Anak-Anaknya
Ada sebagian orang tua
yang selalu berprasangka
baik kepada anak-
anaknya. Menyangka, bila
anak-anaknya baik-baik
saja dan merasa tidak
perlu ada yang
dikhawatirkan, tidak
pernah mengecek
keadaan anak-anaknya,
tidak mengenal teman
dekat anaknya, atau apa
saja aktifitasnya. Sangat
percaya kepada anak-
anaknya. Ketika tiba-tiba,
mendapati anaknya
terkena musibah atau
gejala menyimpang,
misalnya terkena
narkoba, barulah orang
tua tersentak kaget.
Berusaha menutup-
nutupinya serta segera
memaafkannya. Akhirnya
yang tersisa hanyalan
penyesalan tak berguna.
Demikianlah sepuluh
kesalahan yang sering
dilakukan orang tua. Yang
mungkin kita juga tidak
menyadari bila telah
melakukannya. Untuk itu,
marilah berusaha untuk
terus menerus mencari
ilmu, terutama berkaitan
dengan pendidikan anak,
agar kita terhindar dari
kesalahan-kesalahan
dalam mendidik anak,
yang bisa menjadi fatal
akibatnya bagi masa
depan mereka. Kita selalu
berdo ’a, semoga anak-
anak kita tumbuh menjadi
generasi shalih dan
shalihah serta berakhlak
mulia. Wallahu a ’lam
bishshawab.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar