I
Me is what my think and i can if i think i can
Rabu, Desember 15, 2010
2 type pemahaman tasawuf
Dijabarkan ada 2 type dalam
mistik Tasawuf :
[: TYPE 1 :]
Tipe ini memandang Tuhan
sebagai realitas yang absolut
dan tak terhingga (mysticism
of infinity). Tuhan diibaratkan
sebagai lautan yang tak
terbatas dan tak terikat oleh
zaman.
Paham ini
memandang manusia sebagai
setetes air dari lautan yang
serba Illahi.
Manusia dipandang bersumber
dari pancaran cahaya Allah
dan dapat
mencapai penghayatan
kesatuan kembali dengan-
Nya.
Dan Type ini seringkali
mendapat serangan sengit
karena dianggap dapat
menimbulkan paham
panteisme dan monisme.
Type 1 ini dalam menafsirkan
hadis:
"Man 'arafa nafsahu, faqad
'arafa Robbahu", paham ini
menafsirkan bahwa mengenal
dirimu sebagai simbol
belaka karena yang ada
hanyalah Allah semata.
Mati sebelum mati menurut
paham ini adalah sirnanya
seluruh kemanusiannya dalam
Allah bagaikan orang mati tak
memiliki kehendak dan daya
kekuatannya.
Maka iapun keluar dari dirinya
dan masuk
kedalam kehendak, daya dan
kekuatan-Nya dengan
akhirnya menyebut
dirinya adalah zat Tuhannya
secara mutlak, tidak lain dari
itu.
Para pengikutnya cenderung
pada ungkapan-ungkapan
ganjil yang tak dapat diredam
karena bertolak dari keadaan
fana sehingga
rentan terhadap fitnah.
Type 1 :
Puncak perjalanan mereka
adalah kembali kepada Tuhan
dan lebur didalam`Nya.
Type 1 :
Syariat bagi golongan ini
adalah tangga perjalanan
menuju Allah, sehingga bila
telah sampai kepada Allah,
merasa tidak perlu lagi terikat
dengan bentuk-bentuk agama
yang ritual formalistis.
______________________________
{: TYPE 2 :}
Tipe mistik ini menekankan
aspek personal bagi manusia
dan Tuhan (mysticism of
personality). Pada tipe kedua
ini hubungan manusia
dan Tuhan dilukiskan sebagai
hubungan antara kawula
dengan Tuhan,
antara makhluk dengan
Penciptanya, antara pemabuk
dengan Kekasihnya.
Paham ini memandang Tuhan
menciptakan alam dari
kehampaan menjadi ada.
Alam sebagai hal yang baru
(hadis). Ajaran Al Qur'an
tetap
dipertahankan penganutnya
dan selalu memagari tasawuf
dengan timbangan syariat
yang berlandaskan Al Qur'an
dan As-sunnah. Serta
mengaitkan keadaan
dan tingkatan rohaniah
mereka dgn landasan dari Al
Qur'an dan as-Sunnah.
Dan Type 2 ini dalam
menafsirkan hadist :
"Man 'arafa nafsahu, faqad
'arafa Robbahu", paham ini
masih menghadirkan seorang
hamba sebagai bahagian
dari Allah.
Menurut mereka tiada Allah
bila tiada Muhammad dan
tiada Muhammad bila tiada
Allah. Barangsiapa mengenal
dirinya seorang fakir, niscaya
ia mengenal Tuhannya sebagai
Mahakaya, barang siapa
mengenal dirinya lemah dan
bodoh, niscaya ia akan
mengenal Tuhannya sebagai
Maha Kuasa dan Maha Tahu.
Masing-masing saling
melengkapi
dengan mengibaratkan lafad
Alif, Lam, Lam, He dengan
Tasjidnya. Dan lafad Mim, He,
Mim, Dal dengan Tasjidnya (Al
insanu sirri, wa 'ana sirruhu).
Ungkapan-ungkapan ganjil
yang dikeluarkan oleh mereka
masih dapat diredam dalam
percakapan rahasia. Mati
sebelum mati menurut paham
ini adalah terkendalinya hawa
nafsu dan hanya
memunculkan
nafsu muthmainahnya saja.
Type 2 :
Puncak perjalanan mereka
adalah kembali kepada Allah
menjadi
golongan Ahlussunnah wal
jamaah.
Type 2 :
Syariat menurut golongan ini
adalah wasilah menuju
pemahaman hakiki. Tiap-tiap
syariat itu hakikat, tiap-tiap
hakikat itu syariat.
Syariat mewujudkan
perbuatan, hakikat
mewujudkan keadaan batin.
Jangan Lelah Mengingat-NYA
Setiap tarikan nafas yang
dihembuskan, di dalamnya ada
ketentuan Allah. jangan
kosongkan hati dari mengingat
Allah, sebab akan dapat
memutuskan muraqabah anda
dari hadirat-Nya. janganlah
keheranan karena terjadinya
hal-hal yang mengeruhkan jiwa,
karena itu sudah menjadi sifat
dunia selama anda berada di
dalamnya. “
♫•*¨*•.¸¸ ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥
Di dalam perjalanan hidup anak
Adam di permukaan bumi ini,
tidaklah seorang hamba
terlepas dari problema yang
berlaku pula bagi manusia
lainnya. Setiap tarikan nafas
anak Adam, menjadi pertanda
bahwasanya persoalan-
persoalan yang sama selalu
berulang. Karena segala yang
belum terjadi, sudah terjadi dan
akan terjadi berjalan di atas
rencana Allah jua. Dan semua
ketetapan dan rencana Allah
berlaku untuk setiap orang,
dimana anda berada di
dalamnya. Tugas hamba Allah
dalam mengikuti rencana-Nya,
tidak lain mentaati hukum-Nya,
mengikuti takdir-Nya dengan
hati rida dan sabar.
♫•*¨*• .¸¸ ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥
Di samping itu berikhtiar penuh
waspada dan tawakal. Terus
menerus taqarrub kepada Allah
dengan mujahadah yang
teratur, dan jangan
membiarkan hati kita kosong
dari zikrullah agar hubungan
dengan-Nya selalu hidup serta
menempatkan diri benar-benar
sebagai hamba yang patuh.
Membiarkan hati kosong dari
Allah, akan memudahkan setan
mendapat peluang
menggerogoti keyakinan iman
yang sedang tumbuh merekah.
Lakukan ibadah salat dengan
penuh kesadaran dalam
muraqabah, karena itulah jalan
menguatkan iman dan mengisi
sepenuhya hati kita.
Jangan sampai seorang hamba
terpengaruh oleh keajaiban
dunia yang hiruk pikuk sehingga
jiwa kita tergoda dan keruh,
karena memang demikian
irama hidup dan langgam dunia.
Sudah dimaklumi bahwasanya
hidup dunia ini ibarat panggung
sandiwara. Apabila seorang
hamba memikirkan hidup dunia
semata-mata dalam rangka
hidup saja, tentu ia akan
berkeluh kesah, jiwanya akan
terganggu dan hatinya menjadi
keruh. Akan tetapi, hamba yang
menjadikan hidup dunia ini
semata-mata hanya salah satu
dari bagian perjalanan yang
masih jauh ditempuh, pasti ia
tidak akan meratapi hidup ini
dengan penuh keluhan tanpa
ujung.
Si hamba akan mengembalikan
melalui ikhtiar-ikhtiamya,
segala sesuatu kepada-Nya.
Tidak perlu keluh kesah, tidak
perlu hati menjadi keruh,
karena segala sesuatu telah
diatur oleh Allah Ta’ala sendiri
serta menempatkan setiap
orang pada bagian dan
proporsinya masing-masing.
Yang penting dipahami bahwa
Allah Ta ’ala akan menguji
kebenaran iman hambanya, dan
tidak membiarkan hamba-Nya
jatuh kepada perbuatan yang
kotor dan sengsara, selama si
hamba masih tetap berada
dalam hukum-hukum Allah.
Hidup dunia itu penuh fitnah,
karena selama anak Adam
berada di dalamnya, berarti
selama itu pula sifat tamak
anak Adam, tetap menjadi
pakaian manusia. Adapun
tamak itu akan menumbuhkan
fitnah, dan fitnah akan
membawa kehancuran. Allah
Swt. menjelaskan hal ini dalam
AI-Qur ’an surat Al-Anbiya’ ayat
35, “Dan Kami menguji kamu
dengan keburukan dan
kebaikan .sebagai cobaan
(fitnah), dan Pada Kami niscaya
kamu akan dikembalikan.
Langganan:
Postingan (Atom)